Enemers, kali ini enemkabeh membahas
soal sejarah lagi nih, yaitu tentang enam bangunan bersejarah di kota
yogyakarta. Bukan keraton ataupun tugu, akan tetapi tempat ibadah kaum muslim
yaitu Masjid. Ya, enemkabeh akan mempersembahkan enam masjid tertua di
Yogyakarta yang sampai saat ini masih ada. Batasan usia masjid adalah yang
dibangun pada zaman Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Karena ada satu lagi
masjid yang lebih tua, yaitu Masjid Gedhe Mataram. Masjid tersebut dibangun
pada zaman Sultan Agung dari Kesultanan Mataram Islam. Nanti di akhir akan
enemkabeh tambahkan sebagai bonus hehe. Kembali ke masjid yang dibangun oleh
Kesultanan Ngayogyakarta, satu berada di pusat kota, tepatnya di barat Alun-alun
Utara Keraton yaitu Masjid Gedhe Kauman. Sedangkan 5 lainnya terletak di luar
kota (5-10 km dari keraton) dan disebut sebagai Masjid Pathok Nagara.
Pathok dalam bahasa dan
dialeg Jawa sama maknanya dengan kata Patok dalam Bahasa Indonesia, yaitu
tonggak penanda tapal batas. Bermula ketika Sultan Jogja, Sultan Hamengkubuwono
I berguru kepada Kyai Muhammad Faqih dan meminta nasihat tentang cara menjaga kesultanan
Jogja senantiasa aman sentosa. Salah satu dari nasihat Kyai Muhammad Faqih kala
itu adalah agar Sultan mengangkat Pathok Pathok negara. Baiklah enemers,
mari kita bahas keenam masjid berikut.
1.
Masjid Gedhe Kauman (1773 M)
Masjid Gedhe Kauman dibangun oleh Sri Sultan Hamengku
Buwono I bersama Kyai Faqih Ibrahim Diponingrat (penghulu kraton pertama) dan
Kyai Wiryokusumo sebagai arsiteknya. Masjid ini dibangun pada hari Ahad Wage, 29
Mei 1773 M atau 6 Robi’ul Akhir 1187 H.
Kompleks Mesjid Gedhe Kauman dikelilingi oleh suatu
dinding yang tinggi. Pintu utama kompleks terdapat di sisi timur dengan
konstruksi semar tinandu. Arsitektur bangunan induk berbentuk tajug persegi
tertutup dengan atap bertumpang tiga. Untuk masuk ke dalam terdapat pintu utama
di sisi timur dan utara. Di sisi dalam bagian barat terdapat mimbar bertingkat
tiga yang terbuat dari kayu, mihrab (tempat imam memimpin ibadah), dan sebuah
bangunan mirip sangkar yang disebut maksura. Pada zamannya (untuk alasan
keamanan) di tempat ini sultan melakukan ibadah. Serambi masjid berbentuk limas
persegi panjang terbuka.
Lantai ruang utama dibuat lebih tinggi dari serambi
masjid dan lantai serambi sendiri lebih tinggi dibandingkan dengan halaman
masjid. Di sisi utara-timur-selatan serambi terdapat kolam kecil. Pada zaman
dahulu kolam ini untuk mencuci kaki orang yang hendak masuk masjid.
Di depan masjid terdapat sebuah halaman yang ditanami
pohon tertentu. Di sebelah utara dan selatan halaman (timur laut dan tenggara
bangunan masjid raya) terdapat sebuah bangunan yang agak tinggi yang dinamakan Pagongan.
Pagongan di timur laut masjid disebut dengan Pagongan Ler (Pagongan Utara) dan
yang berada di tenggara disebut dengan Pagongan Kidul (Pagongan Selatan). Saat
upacara Sekaten, Pagongan Ler digunakan untuk menempatkan gamelan sekati
Kangjeng Kyai (KK) Naga Wilaga dan Pagongan Kidul untuk gamelan sekati KK
Guntur Madu.
2.
Masjid Nurul Huda Dongkelan (Masjid Pathok
Negara Selatan)
Masjid Pathok Negara bagian arah selatan ini Alamatnya
di Dukuh Kauman, Dusun Dongkelan, Desa Tirtonirmolo, Kec. Kasihan, Kab. Bantul,
DI. Yogyakarta.
Rute ke Masjid ini bisa dikatakan tersulit, dari Jl.
Bugisan ke arah selatan (arah pabrik Madukismo) hingga sampai di perempatan
Ringroad. Dari perempatan Ringroad berbelok ke barat untuk menyusuri Ringroad
hingga sampai di gapura dusun Senggotan, sebelum jembatan. Lalu jalan dari
gapura dusun Senggotan itu ke arah utara. Lebih baik bertanya ke warga sekitar
karena masjid nya tersebut terletak di tengah perkampungan penduduk melalui
gang-gang dusun.
3.
Masjid Taqwa Wonokromo (Masjid Pathok Negara
Selatan)
Masjid Pathok Negara ini letaknya di selatan.
Alamatnya di Desa Wonokromo, Kec. Pleret, Kab. Bantul, Yogyakarta. Lokasi
masjid ini dekat dengan Pasar Jejeran yang kalau malam hari terkenal dengan
sate klathaknya, Yaitu di Jl. Imogiri Timur km 10. Sebelum jembatan ada gapura
di sisi kiri jalan.
Masjid Pathok Negara ini terletak cukup jauh dari
keramaian kota, tepatnya bersebelahan dengan tempuran antara sungai Opak dan
Oyo. Masjid Taqwa berdiri di atas tanah seluas 5000m2. Luas bangunan
masjid ini saat didirikan adalah 420 m2 dan hingga kini telah dilakukan
pengembangan sehingga luasnya menjadi 750m2. Bagian serambi luasnya 250 m2, dan
ruang perpustakaan seluas 90 m2, dan halaman seluas 4000 m2.
Arsitektur masjid ini masih mempertahankan
keasliannya. Serupa dengan Masjid Sulthoni di Plosokuning. Hanya saja ukuran
masjid lebih besar. Pada awalnya bangunan induk masjid Taqwa berbentuk kerucut
(lancip) dengan mustaka dari kuwali yang terbuat dari tanah liat. Sedang
bangunan serambi berbentuk limasan dengan satu pintu di depan. Semua bahan
bangunannya dari bambu, atapnya terbuat dari welit, dan dindingnya dari gedhek.
4.
Masjid Ad-Darojat Babadan (Masjid Pathok Negara
Timur)
Masjid Pathok Negara bagian timur alamatnya di Desa
Babadan, Kec. Banguntapan, Kab. Bantul, DI Yogyakarta.
Rute untuk menuju ke masjid ini adalah ke JEC (Jogja
Expo Center). Dari Jl. Raya Janti di depan JEC itu ada sebuah pohon beringin
yang menghadap ke sebuah pertigaan. Nah, salah satu jalan di pertigaan itu
bernama Jl. Pathok Negara. Ikuti saja Jl. Pathok Negara hingga sampai di lokasi
masjid.
Masjid ini punya sejarah yang cukup unik. Di masa
Perang Dunia II, Masjid ini sempat digusur oleh penjajah Jepang. Karena desa
Babadan hendak dijadikan pangkalan udara dan gudang senjata. Alhasil masjid
beserta warga desa Babadan pindah ke desa Babadan Baru yang letaknya di Kec.
Depok, Kab. Sleman (Gambar Bawah).
Pada pembangunan awal di tahun 1964 bentuk masjid
masih semi permanen. Baru pada tahun 1988 dibangun kembali serambi tengah
dengan sumber dana dari pemerintah dan swadaya masyarakat. Meski bentuk
masjid mengalami perubahan, namun ciri khas sebagai Masjid Pathok Negara tetap
dipertahankan, seperti mustoko masjid yang masih disimpan dengan baik. Baru
pada tahun 1992 bangunan induk utama dibongkar kembali dan disarankan agar
disesuaikan seperti bentuk semula yakni joglo yang berasal dari kayu jati (Gambar Atas).
5.
Masjid Sulthoni Plosokuning (Masjid Pathok
Negara Utara)
Masjid Pathok Negara ini letaknya di utara. Alamatnya
adalah di Desa Minomartani, Kec. Ngaglik, Kab. Sleman, DI Yogyakarta.
Untuk menuju masjid ini biasanya paling mudah
mengikuti Jl. Kaliurang hingga km 9. Ambil timur via pertigaan besar sebelum
lampu merah. Ikuti jalan tersebut sampai bertemu perempatan dengan empat
petunjuk arah. Belok ke kanan/selatan untuk ke arah Minomartani yaitu lewat Jl.
Plosokuning Raya. Ikuti terus jalan tersebut hingga sampai di Masjid Sulthoni
Plosokuning.
Arsitektur Masjid Sulthoni ini masih terjaga seperti
saat masjid ini dibangun. Masjid Pathok Negoro di Plososkuning didirikan
setelah pembangunan masjid Agung Yogyakarta, sehingga bentuk masjid tersebut
meniru masjid Agung sebagai salah satu usaha legitimasi masjid milik Kasultanan
Yogyakarta. Persamaan ini juga didukung oleh beberapa komponen yang ada di
dalamnya seperti mihrob, kentongan dan beduk. Dari kelima masjid yang ada,
hanya Masjid Pathok Negoro di Plosokuning saja yang sampai saat ini masih
mempertahankan bentuk aslinya.
Di Masjid Sulthoni ini masi sering dilakukan
Bukhorenan, tradisi Kraton Jogja untuk mengkaji ajaran dan tuntunan Nabi dengan
membaca dan memahami hadist-hadist dalam Sahih Bukhari.
6.
Masjid Jami’ An Nur Mlangi (Masjid Pathok Negara
Barat)
Masjid Pathok Negara ini letaknya di barat. Alamatnya
di Desa Mlangi, Kec. Gamping, Kab. Sleman, DI Yogyakarta.
Untuk menuju kesana lewati Jl. Magelang hingga km 4
hingga sampai di pertigaan Jl. Jambon. Selanjutnya, ikuti Jl. Jambon hingga
sampai di Ringroad Pasar Jambon. Susuri ringroad ke arah selatan (kiri) hingga
tiba di Rumah Sakit Queen Latifa. Tepat di seberang barat Ringroad dari rumah
sakit tersebut ada jalan menuju Desa Wisata Religi Mlangi. Di tengah desa itulah
Masjid Pathok Negara berada.
Masjid ini adalah Masjid Pathok Negara yang terbesar.
Itu karena bangunannya sudah direnovasi menjadi dua tingkat yang mengorbankan
arsitektur aslinya. Pada awalnya bentuk bangunan masjid Pathok Negara di Mlangi
ini mirip dengan yang ada di Plosokuning.
Di sisi barat, utara dan timur laut terdapat makam.
Mereka yang dimakamkan adalah keluarga keraton. Di sisi barat dimakamkan
Pangeran Bei. Di utara masjid terdapat makam Pangeran Sedo Kedaton, yaitu Patih
Danurejan pada masa Hamengkubuwono II. Di sisi timur adalah makam keluarga
Pangeran. Prabuningrat.
7.
Masjid Gedhe Mataram (1640 M)
Masjid Gedhe
Mataram adalah masjid tertua di Yogyakarta. Berlokasi di selatan kawasan
Pasar Kotagede sekarang, tepatnya di kelurahan Jagalan, Banguntapan, Bantul. Gapura
depan masjid berbeda dengan masjid pada umumnya, karena gapura tersebut
menyerupai tempat peribadatan umat Hindu atau Budha (sering disebut rana/kelir).
Bangunannya sendiri menyerupai joglo dengan tiang penyangga dari kayu jati. Masjid
Kotagede ini dibangun di zaman Kesultanan Mataram pada tahun 1640 oleh Sutan
Agung bersama-sama dengan masyarakat setempat. Memasuki halaman masjid ada
sebuah pohoh beringin tua yang usianya mencapai ratusan tahun. Di sekitar pohon
beringin terdapat parit yang mengelilingi masjid yang di masa lalu digunakan
sebagai tempat wudhu.
Masjid ini mempunyai prasasti yang menyebutkan bahwa
masjid dibangun dalam 2 tahap. Tahap pertama dibangun pada masa Sultan Agung yang
berupa bangunan inti masjid berukuran kecil sehingga saat itu disebut langgar.
Tahap kedua dilakukan untuk merenovasi masjid yang dilakukan oleh Sunan Paku
Buwono X. Perbedaan bagian masjid yang dibangun oleh sultan Agung dan Paku
Buwono X ada pada tiangnya. Bagian yang dibangun Sultan Agung tiangnya berbahan
kayu sedangkan yang dibangun Paku Buwono tiangnya berbahan besi. Masjid ini
sampai sekarang masih terlihat hidup. Warga masih menggunakannya sebagai tempat
melaksanakan kegiatan keagamaan.
Ciri khas kebudayaan Hindu dan Budha masih tampak
jelas mempengaruhi bangunan masjid ini seperti gapura yang berbentuk paduraksa.
Bangunan inti masjid merupakan bangunan jawa brbentuk limasan, cirinya dapat
dilihat pada atap yang berbentuk limas dan ruangan yang terbagi dua, yaitu inti
dan serambi. Keistimewaan lain yang dipunyai masjid ini adalah pada bagian
luar, yang terdapat sebuah bedug lama. Bedug dulunya hadiah dari Nyai Pringgit
yang sampai sekarang masih terdengar sebagai penanda waktu berdoa. Mimbar di
dalam dari bahan kayu yang diukir indah dapat dijumpai di bagian dalam masjid.
Mimbar ini adalah hadiah dari Sultan Palembang kepada Sultan Agung, namun
mimbar asli tidak dipakai lagi. Sementara di halaman masjid akan dijumpai
perbedaan pada tembok di sekelling bangunan masjid. Tembok bagian kiri terdiri
batu bata yang ukurannya lebih besar dengan warna merah tua, serta terdapat
batu seperti marmer yang di permukaannya ditulis aksara jawa. Sementara tembok
yang lain mempuyai batu bata berwarna agak muda, ukuran lebih kecil, dan polos.
Tembok yang di kiri masjid yang dibangun Sultan Agung, tembok lain hasil
renovasi Paku Buwono X.
Demikian enemers, masjid-masjid tertua di Yogyakarta,
semoga bermanfaat J
Referensi:
KISAH NYATA: IBU DARYUTI DARI TANJUNG PINANG
ReplyDeleteAssalamu'Alaikum" Wr'Wb...
Perkenalkan Nama saya Ibu Daryuti, asal Desa Teluk Bintan,Tanjung Pinang,
saya menjadi tulang punggung Keluarga sejak suami saya meninggal,
saya bekerja tanpa lelah untuk menghidupi 4 orang anak sejak di tinggal
mati sang suami 5 thn yg lalu, sejak itu keputusasaan menghampiri sy,
dan hampir meninggalkan ke 4 anak saya krn sy sdh tidak sanggup dengan
kemiskinan yang sy alami dulu. Namun stelah menjelang beberapa hari datanglah
tetangga sy dan menceritakan perubahan hidup yang dia alami,
dia mempunyai banyak uang tanpa harus bekerja keras..
dan dia bercerita tentang orang yang membantunya bernama KH.Fhatulla Harun,
konon beliu bisa memberikan solusi masalah kemiskinan sperti yg sy alami ini..
dan dengan tekat yang bulat sy minta nomor KH.Fhatulla Harun,
ketika sy telpon pak haji, dan menceritakan permasalahan hidup saya.
dan beliu brsedia membantu sy untuk kluar dari lumbung kemiskinan,
sy sangat snang skali mendengarnya,, kemudian sy langsung mengiyakan
segala syarat2 yg di pak haji sampaikan, 2 hari kemudian saya sudah merasakan keajaiban nyata
terjadi di rumah saya, lemari tua yang ada di pojok kamar saya sudah
penuh dengan lembaran uang pecahan ratusan ribu sy kaget terus pingsan,
saat saya sadar uang itu betul2 nyata masih ada dalam lemari,
syukur allhamdulillah saya ucapkan..Berkat campur tangan pak haji
saya sudah punya banyak uang dan tidak akan perna habis sampai
7 keturunan, Semua ini berkat UANG GAIB, PESUGIHAN PUTIH NABI SULAEMAN.
Yang diberikan KH.Fhatulla Harun benar2 nyataSemua ini berkat UANG GAIB, PESUGIHAN PUTIH NABI SULAEMAN. dan ISLAMI serta tidak musyrik,
Saya sangat berterima kasih kepada KH.Fhatulla Harun yg sudah bantu saya dan
jadi member pak haji hingga kini, saya juga berjanji tidak lupa dgn kewajiban
saya untuk slalu shalat dan menyubang di masjid dan panti asuhan.
Untuk sanak saudara seiman dan setanah air yang ingin cepat kaya..
jangan ragu untuk mengikuti ajaran KH.Fhatulla Harun krn ini pesugihan putih
yang islami. dan persugian KH.Fhatulla Harun bisa di ikuti semua agama..
dan anda pasti akan dibantu apapun yang ingin anda minta.
untuk lebih jelasnya Hubungi Nomor.085-217-085-317 atau
kunjungi website KH.Fhatulla Harun.atau KLIK=>> PESUGIHAN PUTIH TANPA TUMBAL ASLI TAHUN 2017 | UANG GAIB | DANA GAIB | UANG BALIK NABI SULAEMAN
masjid annuur mlangi, dulu saya sering sholat disitu
ReplyDeleteSuasananya nyaman ya 😊
DeleteSuasananya begitu syahdu, karena di lingkungan santri
Delete