Saturday, June 18, 2016

6 Masjid Tertua di Yogyakarta


Enemers, kali ini enemkabeh membahas soal sejarah lagi nih, yaitu tentang enam bangunan bersejarah di kota yogyakarta. Bukan keraton ataupun tugu, akan tetapi tempat ibadah kaum muslim yaitu Masjid. Ya, enemkabeh akan mempersembahkan enam masjid tertua di Yogyakarta yang sampai saat ini masih ada. Batasan usia masjid adalah yang dibangun pada zaman Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Karena ada satu lagi masjid yang lebih tua, yaitu Masjid Gedhe Mataram. Masjid tersebut dibangun pada zaman Sultan Agung dari Kesultanan Mataram Islam. Nanti di akhir akan enemkabeh tambahkan sebagai bonus hehe. Kembali ke masjid yang dibangun oleh Kesultanan Ngayogyakarta, satu berada di pusat kota, tepatnya di barat Alun-alun Utara Keraton yaitu Masjid Gedhe Kauman. Sedangkan 5 lainnya terletak di luar kota (5-10 km dari keraton) dan disebut sebagai Masjid Pathok Nagara.
Pathok dalam bahasa dan dialeg Jawa sama maknanya dengan kata Patok dalam  Bahasa Indonesia, yaitu tonggak penanda tapal batas. Bermula ketika Sultan Jogja, Sultan Hamengkubuwono I berguru kepada Kyai Muhammad Faqih dan meminta nasihat tentang cara menjaga kesultanan Jogja senantiasa aman sentosa. Salah satu dari nasihat Kyai Muhammad Faqih kala itu adalah agar Sultan mengangkat Pathok Pathok negara. Baiklah enemers, mari kita bahas keenam masjid berikut.

1.         Masjid Gedhe Kauman (1773 M)

Masjid Gedhe Kauman dibangun oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I bersama Kyai Faqih Ibrahim Diponingrat (penghulu kraton pertama) dan Kyai Wiryokusumo sebagai arsiteknya. Masjid ini dibangun pada hari Ahad Wage, 29 Mei 1773 M atau 6 Robi’ul Akhir 1187 H.
Kompleks Mesjid Gedhe Kauman dikelilingi oleh suatu dinding yang tinggi. Pintu utama kompleks terdapat di sisi timur dengan konstruksi semar tinandu. Arsitektur bangunan induk berbentuk tajug persegi tertutup dengan atap bertumpang tiga. Untuk masuk ke dalam terdapat pintu utama di sisi timur dan utara. Di sisi dalam bagian barat terdapat mimbar bertingkat tiga yang terbuat dari kayu, mihrab (tempat imam memimpin ibadah), dan sebuah bangunan mirip sangkar yang disebut maksura. Pada zamannya (untuk alasan keamanan) di tempat ini sultan melakukan ibadah. Serambi masjid berbentuk limas persegi panjang terbuka.
Lantai ruang utama dibuat lebih tinggi dari serambi masjid dan lantai serambi sendiri lebih tinggi dibandingkan dengan halaman masjid. Di sisi utara-timur-selatan serambi terdapat kolam kecil. Pada zaman dahulu kolam ini untuk mencuci kaki orang yang hendak masuk masjid.
Di depan masjid terdapat sebuah halaman yang ditanami pohon tertentu. Di sebelah utara dan selatan halaman (timur laut dan tenggara bangunan masjid raya) terdapat sebuah bangunan yang agak tinggi yang dinamakan Pagongan. Pagongan di timur laut masjid disebut dengan Pagongan Ler (Pagongan Utara) dan yang berada di tenggara disebut dengan Pagongan Kidul (Pagongan Selatan). Saat upacara Sekaten, Pagongan Ler digunakan untuk menempatkan gamelan sekati Kangjeng Kyai (KK) Naga Wilaga dan Pagongan Kidul untuk gamelan sekati KK Guntur Madu.

2.         Masjid Nurul Huda Dongkelan (Masjid Pathok Negara Selatan)

Masjid Pathok Negara bagian arah selatan ini Alamatnya di Dukuh Kauman, Dusun Dongkelan, Desa Tirtonirmolo, Kec. Kasihan, Kab. Bantul, DI. Yogyakarta.
Rute ke Masjid ini bisa dikatakan tersulit, dari Jl. Bugisan ke arah selatan (arah pabrik Madukismo) hingga sampai di perempatan Ringroad. Dari perempatan Ringroad berbelok ke barat untuk menyusuri Ringroad hingga sampai di gapura dusun Senggotan, sebelum jembatan. Lalu jalan dari gapura dusun Senggotan itu ke arah utara. Lebih baik bertanya ke warga sekitar karena masjid nya tersebut terletak di tengah perkampungan penduduk melalui gang-gang dusun.

3.         Masjid Taqwa Wonokromo (Masjid Pathok Negara Selatan)

Masjid Pathok Negara ini letaknya di selatan. Alamatnya di Desa Wonokromo, Kec. Pleret, Kab. Bantul, Yogyakarta. Lokasi masjid ini dekat dengan Pasar Jejeran yang kalau malam hari terkenal dengan sate klathaknya, Yaitu di Jl. Imogiri Timur km 10. Sebelum jembatan ada gapura di sisi kiri jalan.
Masjid Pathok Negara ini terletak cukup jauh dari keramaian kota, tepatnya bersebelahan dengan tempuran antara sungai Opak dan Oyo. Masjid Taqwa berdiri di atas tanah seluas 5000m2. Luas bangunan masjid ini saat didirikan adalah 420 m2 dan hingga kini telah dilakukan pengembangan sehingga luasnya menjadi 750m2. Bagian serambi luasnya 250 m2, dan ruang perpustakaan seluas 90 m2, dan halaman seluas 4000 m2.
Arsitektur masjid ini masih mempertahankan keasliannya. Serupa dengan Masjid Sulthoni di Plosokuning. Hanya saja ukuran masjid lebih besar. Pada awalnya bangunan induk masjid Taqwa berbentuk kerucut (lancip) dengan mustaka dari kuwali yang terbuat dari tanah liat. Sedang bangunan serambi berbentuk limasan dengan satu pintu di depan. Semua bahan bangunannya dari bambu, atapnya terbuat dari welit, dan dindingnya dari gedhek.

4.         Masjid Ad-Darojat Babadan (Masjid Pathok Negara Timur)

Masjid Pathok Negara bagian timur alamatnya di Desa Babadan, Kec. Banguntapan, Kab. Bantul, DI Yogyakarta.
Rute untuk menuju ke masjid ini adalah ke JEC (Jogja Expo Center). Dari Jl. Raya Janti di depan JEC itu ada sebuah pohon beringin yang menghadap ke sebuah pertigaan. Nah, salah satu jalan di pertigaan itu bernama Jl. Pathok Negara. Ikuti saja Jl. Pathok Negara hingga sampai di lokasi masjid.
Masjid ini punya sejarah yang cukup unik. Di masa Perang Dunia II, Masjid ini sempat digusur oleh penjajah Jepang. Karena desa Babadan hendak dijadikan pangkalan udara dan gudang senjata. Alhasil masjid beserta warga desa Babadan pindah ke desa Babadan Baru yang letaknya di Kec. Depok, Kab. Sleman (Gambar Bawah).

Pada pembangunan awal di tahun 1964 bentuk masjid masih semi permanen. Baru pada tahun 1988 dibangun kembali serambi tengah dengan sumber dana dari pemerintah  dan swadaya masyarakat. Meski bentuk masjid mengalami perubahan, namun ciri khas sebagai Masjid Pathok Negara tetap dipertahankan, seperti mustoko masjid yang masih disimpan dengan baik. Baru pada tahun 1992 bangunan induk utama dibongkar kembali dan disarankan agar disesuaikan seperti bentuk semula yakni joglo yang berasal dari kayu jati (Gambar Atas).

5.         Masjid Sulthoni Plosokuning (Masjid Pathok Negara Utara)

Masjid Pathok Negara ini letaknya di utara. Alamatnya adalah di Desa Minomartani, Kec. Ngaglik, Kab. Sleman, DI Yogyakarta.

Untuk menuju masjid ini biasanya paling mudah mengikuti Jl. Kaliurang hingga km 9. Ambil timur via pertigaan besar sebelum lampu merah. Ikuti jalan tersebut sampai bertemu perempatan dengan empat petunjuk arah. Belok ke kanan/selatan untuk ke arah Minomartani yaitu lewat Jl. Plosokuning Raya. Ikuti terus jalan tersebut hingga sampai di Masjid Sulthoni Plosokuning.
Arsitektur Masjid Sulthoni ini masih terjaga seperti saat masjid ini dibangun. Masjid Pathok Negoro di Plososkuning didirikan setelah pembangunan masjid Agung Yogyakarta, sehingga bentuk masjid tersebut meniru masjid Agung sebagai salah satu usaha legitimasi masjid milik Kasultanan Yogyakarta. Persamaan ini juga didukung oleh beberapa komponen yang ada di dalamnya seperti mihrob, kentongan dan beduk. Dari kelima masjid yang ada, hanya Masjid Pathok Negoro di Plosokuning saja yang sampai saat ini masih mempertahankan bentuk aslinya.
Di Masjid Sulthoni ini masi sering dilakukan Bukhorenan, tradisi Kraton Jogja untuk mengkaji ajaran dan tuntunan Nabi dengan membaca dan memahami hadist-hadist dalam Sahih Bukhari.

6.         Masjid Jami’ An Nur Mlangi (Masjid Pathok Negara Barat)

Masjid Pathok Negara ini letaknya di barat. Alamatnya di Desa Mlangi, Kec. Gamping, Kab. Sleman, DI Yogyakarta.
Untuk menuju kesana lewati Jl. Magelang hingga km 4 hingga sampai di pertigaan Jl. Jambon. Selanjutnya, ikuti Jl. Jambon hingga sampai di Ringroad Pasar Jambon. Susuri ringroad ke arah selatan (kiri) hingga tiba di Rumah Sakit Queen Latifa. Tepat di seberang barat Ringroad dari rumah sakit tersebut ada jalan menuju Desa Wisata Religi Mlangi. Di tengah desa itulah Masjid Pathok Negara berada.
Masjid ini adalah Masjid Pathok Negara yang terbesar. Itu karena bangunannya sudah direnovasi menjadi dua tingkat yang mengorbankan arsitektur aslinya. Pada awalnya bentuk bangunan masjid Pathok Negara di Mlangi ini mirip dengan yang ada di Plosokuning.
Di sisi barat, utara dan timur laut terdapat makam. Mereka yang dimakamkan adalah keluarga keraton. Di sisi barat dimakamkan Pangeran Bei. Di utara masjid terdapat makam Pangeran Sedo Kedaton, yaitu Patih Danurejan pada masa Hamengkubuwono II. Di sisi timur adalah makam keluarga Pangeran. Prabuningrat.

7.         Masjid Gedhe Mataram (1640 M)

Masjid Gedhe Mataram adalah masjid tertua di Yogyakarta. Berlokasi di selatan kawasan Pasar Kotagede sekarang, tepatnya di kelurahan Jagalan, Banguntapan, Bantul. Gapura depan masjid berbeda dengan masjid pada umumnya, karena gapura tersebut menyerupai tempat peribadatan umat Hindu atau Budha (sering disebut rana/kelir). Bangunannya sendiri menyerupai joglo dengan tiang penyangga dari kayu jati. Masjid Kotagede ini dibangun di zaman Kesultanan Mataram pada tahun 1640 oleh Sutan Agung bersama-sama dengan masyarakat setempat. Memasuki halaman masjid ada sebuah pohoh beringin tua yang usianya mencapai ratusan tahun. Di sekitar pohon beringin terdapat parit yang mengelilingi masjid yang di masa lalu digunakan sebagai tempat wudhu.

Masjid ini mempunyai prasasti yang menyebutkan bahwa masjid dibangun dalam 2 tahap. Tahap pertama dibangun pada masa Sultan Agung yang berupa bangunan inti masjid berukuran kecil sehingga saat itu disebut langgar. Tahap kedua dilakukan untuk merenovasi masjid yang dilakukan oleh Sunan Paku Buwono X. Perbedaan bagian masjid yang dibangun oleh sultan Agung dan Paku Buwono X ada pada tiangnya. Bagian yang dibangun Sultan Agung tiangnya berbahan kayu sedangkan yang dibangun Paku Buwono tiangnya berbahan besi. Masjid ini sampai sekarang masih terlihat hidup. Warga masih menggunakannya sebagai tempat melaksanakan kegiatan keagamaan.
Ciri khas kebudayaan Hindu dan Budha masih tampak jelas mempengaruhi bangunan masjid ini seperti gapura yang berbentuk paduraksa. Bangunan inti masjid merupakan bangunan jawa brbentuk limasan, cirinya dapat dilihat pada atap yang berbentuk limas dan ruangan yang terbagi dua, yaitu inti dan serambi. Keistimewaan lain yang dipunyai masjid ini adalah pada bagian luar, yang terdapat sebuah bedug lama. Bedug dulunya hadiah dari Nyai Pringgit yang sampai sekarang masih terdengar sebagai penanda waktu berdoa. Mimbar di dalam dari bahan kayu yang diukir indah dapat dijumpai di bagian dalam masjid. Mimbar ini adalah hadiah dari Sultan Palembang kepada Sultan Agung, namun mimbar asli tidak dipakai lagi. Sementara di halaman masjid akan dijumpai perbedaan pada tembok di sekelling bangunan masjid. Tembok bagian kiri terdiri batu bata yang ukurannya lebih besar dengan warna merah tua, serta terdapat batu seperti marmer yang di permukaannya ditulis aksara jawa. Sementara tembok yang lain mempuyai batu bata berwarna agak muda, ukuran lebih kecil, dan polos. Tembok yang di kiri masjid yang dibangun Sultan Agung, tembok lain hasil renovasi Paku Buwono X.

Demikian enemers, masjid-masjid tertua di Yogyakarta, semoga bermanfaat J

Referensi:

4 comments:

  1. KISAH NYATA: IBU DARYUTI DARI TANJUNG PINANG

    Assalamu'Alaikum" Wr'Wb...
    Perkenalkan Nama saya Ibu Daryuti, asal Desa Teluk Bintan,Tanjung Pinang,
    saya menjadi tulang punggung Keluarga sejak suami saya meninggal,
    saya bekerja tanpa lelah untuk menghidupi 4 orang anak sejak di tinggal
    mati sang suami 5 thn yg lalu, sejak itu keputusasaan menghampiri sy,
    dan hampir meninggalkan ke 4 anak saya krn sy sdh tidak sanggup dengan
    kemiskinan yang sy alami dulu. Namun stelah menjelang beberapa hari datanglah
    tetangga sy dan menceritakan perubahan hidup yang dia alami,
    dia mempunyai banyak uang tanpa harus bekerja keras..
    dan dia bercerita tentang orang yang membantunya bernama KH.Fhatulla Harun,
    konon beliu bisa memberikan solusi masalah kemiskinan sperti yg sy alami ini..
    dan dengan tekat yang bulat sy minta nomor KH.Fhatulla Harun,
    ketika sy telpon pak haji, dan menceritakan permasalahan hidup saya.
    dan beliu brsedia membantu sy untuk kluar dari lumbung kemiskinan,
    sy sangat snang skali mendengarnya,, kemudian sy langsung mengiyakan
    segala syarat2 yg di pak haji sampaikan, 2 hari kemudian saya sudah merasakan keajaiban nyata
    terjadi di rumah saya, lemari tua yang ada di pojok kamar saya sudah
    penuh dengan lembaran uang pecahan ratusan ribu sy kaget terus pingsan,
    saat saya sadar uang itu betul2 nyata masih ada dalam lemari,
    syukur allhamdulillah saya ucapkan..Berkat campur tangan pak haji
    saya sudah punya banyak uang dan tidak akan perna habis sampai
    7 keturunan, Semua ini berkat UANG GAIB, PESUGIHAN PUTIH NABI SULAEMAN.
    Yang diberikan KH.Fhatulla Harun benar2 nyataSemua ini berkat UANG GAIB, PESUGIHAN PUTIH NABI SULAEMAN. dan ISLAMI serta tidak musyrik,
    Saya sangat berterima kasih kepada KH.Fhatulla Harun yg sudah bantu saya dan
    jadi member pak haji hingga kini, saya juga berjanji tidak lupa dgn kewajiban
    saya untuk slalu shalat dan menyubang di masjid dan panti asuhan.

    Untuk sanak saudara seiman dan setanah air yang ingin cepat kaya..
    jangan ragu untuk mengikuti ajaran KH.Fhatulla Harun krn ini pesugihan putih
    yang islami. dan persugian KH.Fhatulla Harun bisa di ikuti semua agama..
    dan anda pasti akan dibantu apapun yang ingin anda minta.
    untuk lebih jelasnya Hubungi Nomor.085-217-085-317 atau
    kunjungi website KH.Fhatulla Harun.atau KLIK=>> PESUGIHAN PUTIH TANPA TUMBAL ASLI TAHUN 2017 | UANG GAIB | DANA GAIB | UANG BALIK NABI SULAEMAN

    ReplyDelete
  2. masjid annuur mlangi, dulu saya sering sholat disitu

    ReplyDelete