Thursday, June 9, 2016

6 Kemenangan yang harus dibayar Mahal (Pyrrhic Victory)

Enemers, kali ini enemkabeh akan membahas soal sejarah nih, yaitu tentang enam kemenangan yang sangat mahal, sehingga pemenangnya menderita kehancuran yang lebih daripada pihak yang dikalahkan. Istilah Pyrrhic Victory sendiri diambil dari nama penakluk yunani yaitu Pyrrhus dari Epirus, dimana dia mencapai kesuksesan sekaligus kehancuran saat berperang dengan Romawi. Baiklah enemers, mari kita bahas keenam perang berikut.
1.         Pertempuran Heraclea dan Asculum

Kemenangan pyrrhic yang pertama dialami oleh Pyrrhus, seorang raja Yunani yang mengalami kegagalan saat berperang melawan Romawi. Pada awalnya, Tarentum yang merupakan kota berpenduduk Yunani merasa cemas akan dominasi Romawi, sehingga mereka bersekutu dengan Pyrrhus. Selanjutnya Pyrrhus melakukan invasi atas italia pada tahun 280 SM dengan tentara sebanyak 25.000 orang dan 20 Gajah Perang. Saat berhadapan dengan Legion Romawi di Heraclea, Pyrrhus mendapatkan kemenangan. Tahun berikutnya, dia kembali menang atas Romawi di Asculum.
Akan tetapi, kemenangan ini harus dibayar mahal, dimana dia kehilangan lebih dari 7.500 tentara dan komandan terbaiknya. Di tanah Italia, dia tidak mampu mendapatkan pengganti baru bagi tentaranya, sedangkan Romawi dengan cepat dapat mengganti tentara yang mati di perang. Menurut sejarawan Plutarch, raja Pyrrhus berucap “Jika kita mengalami kemenangan seperti ini lagi melawan Romawi, maka lama-lama kita akan hancur”. Pada akhirnya, setelah mendapatkan kemunduran di perang Beneventum (275 SM), dia membatalkan invasinya dan kembali ke Yunani.

2.         Pertempuran Malplaquet

Pada saat raja spanyol Charles II meninggal tanpa putera mahkota di tahun 1700 M, maka terjadi perang Tahta Spanyol yang akan menentukan siapa yang berhak menduduki tahta kerajaan spanyol. Perselisihan tersebut memuncak pada Pertempuran Malplaquet (1709 M), dimana 100.000 pasukan sekutu (Belanda, Austria, Prussia dan Inggris) dibawah pimpinan Duke Marlborough bertemu dengan 60.000 tentara Perancis. Marlborough berkeinginan untuk menghancurkan tentara Perancis, dan pada 11 Spetember melancarkan serangan hebat yang terdiri atas kombinasi infanteri dan kavaleri. Sementara itu, pihak Perancis sudah melindungi dirinya dengan pertahanan yang baik, sehingga butuh tujuh jam bagi sekutu untuk menembus pertahanan Perancis. Akibatnya, tentara sekutu terlalu lelah untuk meneruskan pengejaran , sehingga pihak perancis dapat mundur secara teratur.
Malplaquet tercatat dalam sejarah sebagai perang paling berdarah di abad 18. Pihak perancis kehilangan 12.000 tentara, sedangkan sekutu 24.000 (hampir seperempat total tentara). Jenderal Perancis Claude de Villars melaporkan ke Raja Louis XIV bahwa “Jika Tuhan memberikan musuh kita kemenangan seperti tadi, maka meraka akan hancur”. Pertempuran ini di kemudian hari menumbuhkan keretakan diantara anggota sekutu, dan di tahun 1712 persekutuan tersebut putus.

3.         Pertempuran Bunker Hill

Revolusi Amerika semakin berdarah di musim semi tahun 1775 M. Setelah sebelumnya hanya terjadi pertempuran kecil-kecilan di Lexington dan Concord, pada 17 Juni 1.000 orang milisi kolonial berusaha untuk menghentikan gerak maju tentara Inggris di Boston. Setelah membangun pertahanan di Breed’s Hill, mereka akan menghadapi 2.200 tentara Inggris yang lebih superior. Tembakan jitu dari milisi Amerika berhasil memukul mundur dua serangan Inggris, akan tetapi pada serangan ketiga amunisi para milisi sudah terkuras. Sehingga terjadi pertempuran jarak dekat yang hebat, dan pada akhirnya para milisi mundur dari kedudukannya.
Kemenangan Inggris di Bunker Hill dibayar sangat mahal, dimana mereka kehilangan 1.000 baju merah (tentara Inggris), sedangkan pihak milisi hanya 400 orang. Kehilangan ini membuat rencana mereka berantakan, sementara itu pihak milisi Amerika mendapatkan suntikan moral yang tinggi. Para milisi dapat memberikan perlawanan yang sengit saat menghadapi tentara Inggris yang lebih terampil, lebih banyak dan lebih lengkap persenjataannya.

4.         Pertempuran Borodino

Pertempuran paling berdarah dalam karir Napoleon Bonaparte terjadi pada 7 September 1812, di saat Kaisar Perancis tersebut menginvasi Rusia. Pada awal perang, pihak Rusia melakukan taktik mundur secara terus-menerus, dan Tentara Grande Armee Napoleon semakin mendekati Ibukota Moscow. Akan tetapi, saat Perancis berada di dekat desa Borodino, tiba-tiba Jendral Kutuzov menahan tentaranya dan mulai membangun pertahanan. Napoleon melancarkan serangan agresif yang melibatkan 130.000 tentara secara frontal. Pasukan Kutuzov beberapa kali dapat melancarkan serangan balasan, sampai akhirnya pada sore hari Perancis dapat menembus pertahanan utama Rusia, akan tetapi Kutuzov dapat menyelamatkan tentaranya dari kehancuran dan mundur.
Napoleon memegang kontrol penuh di medan pertempuran, akan tetapi dia kehilangan 30.000 tentara, sedangkan pihak Rusia kehilangan 15.000 lebih banyak. Sementara itu kondisi cuaca yang tidak bersahabat menghambat gerak tentara Perancis, dan situasi semakin buruk saat mereka memasuki Moscow yang sudah ditinggalkan penduduknya. Sebulan kemudian, Napoleon membatalkan rencananya. Cuaca yang buruk dan serangan Russia menyebabkan kehancuran pada Grande Armee, sehingga mereka kehilangan 400.000 korban saat keluar dari wilayah Russia.

5.         Pertempuran Chancellorsville

Perang Sipil Amerika menghadapkan pihak Union dengan Konfederasi. Jenderal Robert E. Lee merupakan jenderal Konfederasi yang jenius. Kejeniusannya diakui saat pertempuran Chancellorsville pada Mei 1863. Walaupun kalah jumlah 2-1 dengan pihak Union (Jenderal Joseph Hooker), Lee melakukan perjudian besar yang melawan semua teori militer, dengan dua kali membagi pasukannya dan bertempur dengan musuhnya. Strategi ini berhasil dan menggagalkan keinginan Hooker untuk mengepung Tentara Virginia Utara dari pihak Konfederasi. Pada akhirnya, pihak Union terpaksa mundur dengan rasa malu menyeberangi sungai Rappahannock.
Walaupuan Chancellorville seringkali dianggap masterpiece dari jenderal Lee, akan tetapi biayanya juga mahal. Pihak konfederasi kehilangan 13.000 korban, termasuk tangan kanan Lee yaitu Jenderal Stonewall Jackson yang sangat cerdik. Walaupun pihak Union kehilangan lebih banyak korgan (17.000), akan tetapi mereka dengan mudah mengganti kehilanggannya. Lebih penting lagi, pihak Union dapat menjaga kondisi tentaranya dan mampu bertempur lagi di kemudian hari. Hanya dua bulan setelahnya, akan terjadi pertempuran Gettysburg yang dianggap turning poin dan perang saudara ini.

6.         Pearl Harbour

Pada perang dunia II, Jepang melakukan serangan mendadak ke Pearl Harbour yang memancing Amerika untuk turut serta dalam perang. Tujuan dari serangan ini dalah untuk menghancurkan armada Pasifik sebelum pihak Amerika benar-benar terlibat dalam perang dunia. Pihak jepang percaya jika mereka mampu memusnahkan armada amerika, maka mereka dapat menguasai kekuasaan sekutu di pasifik dengan mudah. Serangan ini berhasil menghancurkan beberapa kapal perang utama pihak amerika.
Akan tetapi, pertempuran ini menyebabkan berubahnya pendapat umum penduduk Amerika, yang pada awalnya tidak ingin terlibat perang menjadi pro-perang. Selanjutnya Amerika bergabung dengan sekutu dan memulai operasi melawan Jepang. Saat perang mulai bergeser ke wilayah inti kekaisaran jepang, sebanyak 67 kota di jepang di bom oleh Amerika, Tokyo sendiri kehilangan 200.000 penduduknya. Dan puncaknya adalah jatuhnya bom atom ke Hiroshima dan Nagasaki yang diikuti dengan menyerahnya Jepang.

Demikian enemers, ke-enam pertempuran Pyrrhic Victory, semoga bermanfaat J

Referensi:

No comments:

Post a Comment