Enemers, kali ini enemkabeh akan
membahas soal sejarah nih, yaitu tentang enam kemenangan yang sangat mahal,
sehingga pemenangnya menderita kehancuran yang lebih daripada pihak yang
dikalahkan. Istilah Pyrrhic Victory sendiri diambil dari nama penakluk yunani
yaitu Pyrrhus dari Epirus, dimana dia mencapai kesuksesan sekaligus kehancuran
saat berperang dengan Romawi. Baiklah enemers, mari kita bahas keenam perang
berikut.
1.
Pertempuran Heraclea dan Asculum
Kemenangan pyrrhic yang pertama dialami oleh Pyrrhus,
seorang raja Yunani yang mengalami kegagalan saat berperang melawan Romawi.
Pada awalnya, Tarentum yang merupakan kota berpenduduk Yunani merasa cemas akan
dominasi Romawi, sehingga mereka bersekutu dengan Pyrrhus. Selanjutnya Pyrrhus
melakukan invasi atas italia pada tahun 280 SM dengan tentara sebanyak 25.000
orang dan 20 Gajah Perang. Saat berhadapan dengan Legion Romawi di Heraclea,
Pyrrhus mendapatkan kemenangan. Tahun berikutnya, dia kembali menang atas
Romawi di Asculum.
Akan tetapi, kemenangan ini harus dibayar mahal,
dimana dia kehilangan lebih dari 7.500 tentara dan komandan terbaiknya. Di
tanah Italia, dia tidak mampu mendapatkan pengganti baru bagi tentaranya,
sedangkan Romawi dengan cepat dapat mengganti tentara yang mati di perang.
Menurut sejarawan Plutarch, raja Pyrrhus berucap “Jika kita mengalami kemenangan
seperti ini lagi melawan Romawi, maka lama-lama kita akan hancur”. Pada
akhirnya, setelah mendapatkan kemunduran di perang Beneventum (275 SM), dia
membatalkan invasinya dan kembali ke Yunani.
2.
Pertempuran Malplaquet
Pada saat raja spanyol Charles II meninggal tanpa
putera mahkota di tahun 1700 M, maka terjadi perang Tahta Spanyol yang akan
menentukan siapa yang berhak menduduki tahta kerajaan spanyol. Perselisihan
tersebut memuncak pada Pertempuran Malplaquet (1709 M), dimana 100.000 pasukan
sekutu (Belanda, Austria, Prussia dan Inggris) dibawah pimpinan Duke
Marlborough bertemu dengan 60.000 tentara Perancis. Marlborough berkeinginan
untuk menghancurkan tentara Perancis, dan pada 11 Spetember melancarkan
serangan hebat yang terdiri atas kombinasi infanteri dan kavaleri. Sementara
itu, pihak Perancis sudah melindungi dirinya dengan pertahanan yang baik,
sehingga butuh tujuh jam bagi sekutu untuk menembus pertahanan Perancis. Akibatnya,
tentara sekutu terlalu lelah untuk meneruskan pengejaran , sehingga pihak
perancis dapat mundur secara teratur.
Malplaquet tercatat dalam sejarah sebagai perang
paling berdarah di abad 18. Pihak perancis kehilangan 12.000 tentara, sedangkan
sekutu 24.000 (hampir seperempat total tentara). Jenderal Perancis Claude de
Villars melaporkan ke Raja Louis XIV bahwa “Jika Tuhan memberikan musuh kita
kemenangan seperti tadi, maka meraka akan hancur”. Pertempuran ini di kemudian
hari menumbuhkan keretakan diantara anggota sekutu, dan di tahun 1712
persekutuan tersebut putus.
3.
Pertempuran Bunker Hill
Revolusi Amerika semakin berdarah di musim semi tahun
1775 M. Setelah sebelumnya hanya terjadi pertempuran kecil-kecilan di Lexington
dan Concord, pada 17 Juni 1.000 orang milisi kolonial berusaha untuk
menghentikan gerak maju tentara Inggris di Boston. Setelah membangun pertahanan
di Breed’s Hill, mereka akan menghadapi 2.200 tentara Inggris yang lebih
superior. Tembakan jitu dari milisi Amerika berhasil memukul mundur dua serangan
Inggris, akan tetapi pada serangan ketiga amunisi para milisi sudah terkuras.
Sehingga terjadi pertempuran jarak dekat yang hebat, dan pada akhirnya para
milisi mundur dari kedudukannya.
Kemenangan Inggris di Bunker Hill dibayar sangat
mahal, dimana mereka kehilangan 1.000 baju merah (tentara Inggris), sedangkan
pihak milisi hanya 400 orang. Kehilangan ini membuat rencana mereka berantakan,
sementara itu pihak milisi Amerika mendapatkan suntikan moral yang tinggi. Para
milisi dapat memberikan perlawanan yang sengit saat menghadapi tentara Inggris
yang lebih terampil, lebih banyak dan lebih lengkap persenjataannya.
4.
Pertempuran Borodino
Pertempuran paling berdarah dalam karir Napoleon
Bonaparte terjadi pada 7 September 1812, di saat Kaisar Perancis tersebut
menginvasi Rusia. Pada awal perang, pihak Rusia melakukan taktik mundur secara
terus-menerus, dan Tentara Grande Armee Napoleon semakin mendekati Ibukota
Moscow. Akan tetapi, saat Perancis berada di dekat desa Borodino, tiba-tiba
Jendral Kutuzov menahan tentaranya dan mulai membangun pertahanan. Napoleon
melancarkan serangan agresif yang melibatkan 130.000 tentara secara frontal.
Pasukan Kutuzov beberapa kali dapat melancarkan serangan balasan, sampai akhirnya
pada sore hari Perancis dapat menembus pertahanan utama Rusia, akan tetapi
Kutuzov dapat menyelamatkan tentaranya dari kehancuran dan mundur.
Napoleon memegang kontrol penuh di medan pertempuran,
akan tetapi dia kehilangan 30.000 tentara, sedangkan pihak Rusia kehilangan 15.000
lebih banyak. Sementara itu kondisi cuaca yang tidak bersahabat menghambat
gerak tentara Perancis, dan situasi semakin buruk saat mereka memasuki Moscow
yang sudah ditinggalkan penduduknya. Sebulan kemudian, Napoleon membatalkan
rencananya. Cuaca yang buruk dan serangan Russia menyebabkan kehancuran pada
Grande Armee, sehingga mereka kehilangan 400.000 korban saat keluar dari wilayah
Russia.
5.
Pertempuran Chancellorsville
Perang Sipil Amerika menghadapkan pihak Union dengan
Konfederasi. Jenderal Robert E. Lee merupakan jenderal Konfederasi yang jenius.
Kejeniusannya diakui saat pertempuran Chancellorsville pada Mei 1863. Walaupun
kalah jumlah 2-1 dengan pihak Union (Jenderal Joseph Hooker), Lee melakukan
perjudian besar yang melawan semua teori militer, dengan dua kali membagi
pasukannya dan bertempur dengan musuhnya. Strategi ini berhasil dan
menggagalkan keinginan Hooker untuk mengepung Tentara Virginia Utara dari pihak
Konfederasi. Pada akhirnya, pihak Union terpaksa mundur dengan rasa malu
menyeberangi sungai Rappahannock.
Walaupuan Chancellorville seringkali dianggap masterpiece
dari jenderal Lee, akan tetapi biayanya juga mahal. Pihak konfederasi
kehilangan 13.000 korban, termasuk tangan kanan Lee yaitu Jenderal Stonewall
Jackson yang sangat cerdik. Walaupun pihak Union kehilangan lebih banyak korgan
(17.000), akan tetapi mereka dengan mudah mengganti kehilanggannya. Lebih
penting lagi, pihak Union dapat menjaga kondisi tentaranya dan mampu bertempur
lagi di kemudian hari. Hanya dua bulan setelahnya, akan terjadi pertempuran
Gettysburg yang dianggap turning poin dan perang saudara ini.
6.
Pearl Harbour
Pada perang dunia II, Jepang melakukan serangan
mendadak ke Pearl Harbour yang memancing Amerika untuk turut serta dalam
perang. Tujuan dari serangan ini dalah untuk menghancurkan armada Pasifik
sebelum pihak Amerika benar-benar terlibat dalam perang dunia. Pihak jepang
percaya jika mereka mampu memusnahkan armada amerika, maka mereka dapat
menguasai kekuasaan sekutu di pasifik dengan mudah. Serangan ini berhasil
menghancurkan beberapa kapal perang utama pihak amerika.
Akan tetapi, pertempuran ini menyebabkan berubahnya
pendapat umum penduduk Amerika, yang pada awalnya tidak ingin terlibat perang
menjadi pro-perang. Selanjutnya Amerika bergabung dengan sekutu dan memulai
operasi melawan Jepang. Saat perang mulai bergeser ke wilayah inti kekaisaran
jepang, sebanyak 67 kota di jepang di bom oleh Amerika, Tokyo sendiri
kehilangan 200.000 penduduknya. Dan puncaknya adalah jatuhnya bom atom ke
Hiroshima dan Nagasaki yang diikuti dengan menyerahnya Jepang.
Demikian enemers, ke-enam pertempuran Pyrrhic Victory,
semoga bermanfaat J
Referensi:
No comments:
Post a Comment